Keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditentukan oleh fungsi yang sangat
penting dalam memimpin, yaitu pengambilan keputusan. Semakin tinggi posisi
seseorang dalam organisasi maka pengambilan keputusan menjadi tugas utama yang
harus dilakukan.
Pengambilan keputusan merupakan inti
dari kepemimpinan, artinya kualitas kepemimpinan seorang manajer akan ikut
ditentukan oleh kualitas keputusan yang diambil dalam sebuah organisasi.
1. Definsi dan Dasar Pengambilan
Keputusan
Pengambilan keputusan didefinisikan
sebagai proses memilih tindakan tertentu dalam menghadapi masalah atau
menangani kesempatan yang ada. Kualitas keputusan yang diambil oleh para
manajer adalah tolak ukur keefektifan mereka. Pengambilan keputusan adalah hal
yang sangat penting dan dapat memberikan pengaruh yang sangat signifikan.
Davis yang dikutip oleh syamsi (2007:3)
mengemukakan bahwa keputusan adalah pemecahan masalah yang dihadapinya dengan
tegas, selanjutnya Siswanto (2012:171) mengemukakan ‘pengambilan keputusan’
adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam usaha
memecahkan masalahyang sedang dihadapi kemudian menetapkan berbagai alternative
yang dianggap paling rasional dan sesuai dengan lingkungan organisasi.
Pada dasarnya pengambilan keputusan
adalah proses yang dijalani setiap individu. George R. Terry menyebutkan 5
dasar dalam pengambilan keputusan,
yaitu:
1) Intuisi
Pengambilan keputusan berdasarkan
intuisi adalah pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan yang
sifatnya subyektif. Dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi ini,
meski waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif pendek, tetapi
keputusan yang dihasilkan sering kali relatif kurang baik karena sering
mengabaikan dasar-dasar pertimbangan lainnya.
2) Pengalaman
Pengambilan
keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis. Karena
dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka dapat memperkirakan keadaan
sesuatu, dapat memperhitungkan untung-ruginya dan baik-buruknya keputusan yang
akan dihasilkan.
3) Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan
wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh orang
yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya
4) Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan
data dan fakta empiris dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik.
Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih
tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela dan
lapang dada.
5) Rasional
Pada pengambilan keputusan yang
berdasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih
transparan dan konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas
kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai
dengan apa yang diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya
dalam keadaan yang ideal. Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat
beberapa hal sebagai berikut:
a. Kejelasan masalah: tidak ada
keraguan dan kekaburan masalah.
b. Orientasi tujuan: kesatuan
pengertian tujuan yang ingin dicapai.
c. Pengetahuan alternatif: seluruh
alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya.
d. Preferensi yang jelas: alternatif
bisa diurutkan sesuai kriteria.
e. Hasil maksimal: pemilihan lternative
terbaik berdasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal.
2.
Jenis-Jenis
Keputusan Organisasi
Para peneliti dalam bidang pengambilan
keputusan telah mengembangkan beberapa tipe keputusan. Kebanyakn klasifikasi
ini serupa satu sama lain; yang berbeda hanya terminology atau istilah yang
digunakan. Di sini akan menggunakan klasifikasi yang dikemukakan oleh Herbert
Simon, Simon membedakan dua tipe keputusan:
1.
Keputusan terprogram. Disebut
keputusan terprogram jika keputusan tersebut berulang, rutin dan memiliki
prosedur penanganan yang baku. Sebagai contoh, perusahaan Land’s End memiliki
prosedur tertentu yang harus diikuti ketika konsumen mengajukan keluhan tentang
pemesanan mereka. Setiap langkah sudah ditetapkan untuk merespons setiap
keluhan konsumen secara cepat.
2.
Keputusan tidak terprogram. Yaitu
keputusan yang benar-benar baru dan belum terstruktur. Tidak ada prosdur yang
pasti dalam menangani masalah tersebut, baik karena belum ditemukan situasi
yang sama sebelumnya, atau karena bersifat sangat kompleks atau sangat penting.
Keputusan seperti ini membutuhkan penanganan khusus.
Lazimnya, keputusan terprogram ditangani
melalui peraturan, standart operating procedure dan juga stuktur dari
organisasi dengan cara mengembangkan prosedur spesifik dalam menanganinya.
Di sisi lain, keputusan
terprogram biasanya ditangani dengan proses pemecahan masalah yang umum,
penilaian, intuisi dan kreativitas. Idealnya, perhatian utama dari pihak
manajemen tertinggi adalah pada keputusan tidak terprogram, sedangkan manajemen
tingkat pertama berfokus pada keputusan terprogram. Manajer menengah pada
kebanyakan organisasi biasanya berkonsentrasi pada keputusan terprogram.
John
D.Miller dalam Imam Murtono (2009) menjelaskan faktor-faktor yang
berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah
1.
Jenis
kelamin (pria atau wanita)
2.
Peranan
pengambilan keputusan, dan
3.
Keterbatasan
kemampuan.
Dalam pengambilan suatu keputusan
individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu
1.
Nilai
individu
2.
Kepribadian
3.
Kecenderungan
terhadap pengambilan risiko
Selanjutnya
Dalam Judul Skripsi Pengambilan Keputusan yang tepat yang disusun
Sumaryanto Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, dalam pengambilan keputusan
ada beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain:
1.
Posisi kedudukan
Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan
seseorang dapat dilihat, apakah ia sebagai pembuat keputusan (decision maker),
penentu keputusan (decision taker), ataukah staff (staffer).
2.
Masalah
Masalah
atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan, yang
merupakan penyimpangan daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau
dikehendaki dan harus diselesaikan
3.
Situasi
Situasi
adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain,
dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa
yang hendak kita perbuat
4.
Kondisi
Kondisi
adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya
gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut
merupakan sumber daya.
5.
Tujuan
Tujuan
yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan
organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu / telah
ditentukan. Tujuan yang telah ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan
tujuan antara atau obyektif.
4.
Impilkasi Manajerial
Berikut
macam-macam implikasi pengambilan keputusan :
·
Gaya pengambilan keputusan
·
Gaya Direktif (Pengarahan) adalah Suatu gaya
pengambilan keputusan dengan ambiguitas/ketidakjelasan yang rendah dan cara
berpikirnya yang rasional .
·
Gaya Analitis adalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan
toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas/ketidakjelasan dan cara berpikirnya
rasional.
·
Gaya Konseptual adalah suatu gaya pengambilan keputusan
dengan toleransi yang tinggi untuk ambiquitas /ketidakjelasan dan cara berpikir
intuitif yang tinggi juga.
·
Gaya Perilaku adalah suatu gaya pengambilan keputusan
dengan toleransi yangrendah untuk ambiquitas/ketidakjelasan dengan cara
berpikir intuitif yang tinggi.
Referensi:
ejournal.unp.ac.id/index.php/bahana/article/viewFile/2686/2285
diakses pada tanggal 11 Mei 2015 pukul 19.56
http://informatika.web.id/5-dasar-dalam-pengambilan-keputusan.htm
diakses pada tanggal 11 Mei 2015 pukul 20.3
Jhon
M Ivancevic. 2005. Perilaku dan Manajemen Organisasi jil 2, Jakarta
: Erlangga
L. Daft Richard. Manajemen.
Jakarta: Salemba Empat. 2008
http://rizkiekosumarsono.blogspot.com/2013/05/implikasi-manajerial-pengambilan.html
diakses pada tanggal 12 Mei 2015 pukul 16.36
Rizky Dermawan, 2004,
Pengambilan Keputusan, Landasan Filosofis dan Aplikasi, Penerbit Alfabeta,
Bandung
http://staff.uny.ac.id/dr-sumaryanto-mkes/4-upaya-pengambilan-keputusan-yang-tepat
diakses pada tanggal 12 Mei 2015 pukul 16.12