1.
Tanda
titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian
atau pemerian.
Misalnya:
Misalnya:
·
Kita
sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
·
Hanya
ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
2.
Tanda
titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan
Misalnya:
·
Kita
memerlukan kursi, meja, dan lemari.
·
Fakultas
itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
3.
Tanda
titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua
Misalnya:
a. Ketua
Sekretaris
Bendahara :
:
: Ahmad Wijaya
S. Handayani
B. Hartawan
b. Tempat Sidang
b. Tempat Sidang
Pengantar Acara
Hari
Waktu :
:
:
: Ruang 104
:
:
: Ruang 104
Bambang S.
Senin
09.3
09.3
4.
Tanda
titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"
Amir : "Baik, Bu."
(mengangkat kopor dan masuk)
Ibu : "Jangan lupa.
Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)
5.
Tanda
titik dua dipakai:
a.
di
antara jilid atau nomor dan halaman,
b.
di
antara bab dan ayat dalam kitab suci,
c.
di
antara judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit buku
acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Tempo, I (1971), 34:7
Surah
Yasin:9
Karangan
Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.
Referensi
http://www.kitapunya.net/2015/04/penggunaan-tanda-baca-titik-koma-titik-dua.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar